BLOG KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan
sebagai Pemimpin
Oleh: DESMETAMARIA SILITONGA, S.Pd.K
CGP Angkatan 7 Kota Sibolga
Fasilitator: Nurul Mahbubah
Salam
dan bahagia, perkenalkan nama saya DESMETAMARIA SILITONGA, S.Pd.K saya bekerja di SMK N 2 Sibolga .Sekarang Saya
sedang menempuh Pendidikan guru penggerak sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan
VII. Dalam artikel ini, saya akan berbagi informasi tentang Pengambilan
Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Bapak Ibu
Guru di seluruh Indonesia mari kita Bersama merenungkan kalimat bijak ini:
“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun
mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan
terencana yang sangat berdampak pada perilaku dan karakter murid. Ilmu yang
baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid dapat menjalankan kehidupan
dengan Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya. Seorang pendidik harus mampu
menjadi teladan utama bagi murid-muridnya, dengan keteladanan perkataan
maupun tindakan semua tercermin dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti
kita siap menjadi role model semua nilai kebajikan bagi peserta didik dan
seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan kita tinggal.
Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,
“ Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia
menjadi berperilaku etis.” (Georg Wilhelm Friedrich Hegel).
Memahami kalimat bijak tersebut pendidikan merupakan
suatu proses menuntun murid dengan penguatan karakter , norma -norma
sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran
untuk menjalankan kehidupannya.
Setelah kita mencoba memahami dua kalimat bijak
tersebut, berikut ini adalah rangkuman kesimpulan pembelajaran modul 3.1
koneksi antar materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan Keputusan berbasis
nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.
1.Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap
Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang
pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD) Pratap Triloka
memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD dan sampai saat ini
masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho
(Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang
pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari
tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari
belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan
teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan
dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya.
KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus
memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap
pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras
sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya
guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap
permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan
murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut
Wuri Handayani.
KHD memberikan smeboyan yang sangat fenomenal dan
memiliki makna mendalam yang menjadi landasan dalam setiap pengambilan
keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan
berkarakter profil pelajar Pancasila. Implementasi dalam pembelajaran adalah
segala konten dan proses pembelajaran hendaknya berpihak pada murid. Guru tidak
hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun juga guru mentransfer nilai
-nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit
pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?
Guru sebagai pendidik harus memiliki nilai-nilai
positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid.
Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada
dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang
secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar)
atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang
menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri
pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Sebagai manusia yang
beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai
pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan. Nilai kejujuran,
integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan –
kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.
Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah
dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita.
Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko
yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan
keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari
pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan
diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil
keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan
konsekuensi yang akan terjadi.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi
‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator
dalam perjalanan proses pembelajaran kita, saya merasa bahwa pengambilan
keputusan yang saya lakukan sudah efektif. Dalam koneksi materi pengambilan
keputusan dengan keterampilan coaching, di sini coach harus memiliki
keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu masalah yang
dihadapi coachee. Keterampilan coaching tersebuat diantaranya yaitu: mampu
memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan
mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus
belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan
metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R:
Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab.
Lanjut
dengan pertanyaan berikutnya, di sini saya merasa bahwa kegiatan coaching yang
diberikan fasilitator membantu saya berlatih mengevaluasi pilihan yang saya
buat. Apakah keputusan yang saya buat itu sudah berpihak pada siswa,
apakah sudah sesuai dengan kebajikan universal, apakah keputusan itu dapat
dipertanggung jawabkan? Guru sebisa mungkin harus dapat menggali potensi
siswanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga mereka dapat
menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk memecahkan masalahnya
sendiri. Keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran
dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk
pengambilan keputusan. Coaching juga mempengaruhi proses belajar siswa,
membantu saya dalam membuat keputusan yang tepat yang mempengaruhi lingkungan
belajar yang positif, kondusif, aman dan lingkungan yang nyaman. Sesi coaching
dengan Teknik coachingnya sangat membantu saya sebagai seorang guru untuk
mengidentifikasi masalah dan menghasilkan keputusan yang tepat ketika
menentukan dilema etika ataupun bujukan moral pada murid.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan
suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek
sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan
khususnya masalah dilema etika, hal ini dikarenakan pendidik dalam hal ini guru
harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola
kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Sesuai dengan koneksi materi antar modul maka proses pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial-emosional
seperti kepercayaan diri, kesadaran diri (self awarness), kesadaran sosial, dan
keterampilan sosial. Guru harus dapat mengenali berbagai pilihan dan
kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan/resiko dalam proses pengambilan
keputusan, terutama masalah dilema etika dimana keduanya sama-sama memiliki
nilai kebenaran atau sama-sama mengandung nilai kebajikan.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik?
Pendidik yaitu guru sebagai pemimpin pembelajaran
harus mampu melihat setiap masalah yang dihadapinya baik di kelas mapun di
sekolah. Bisa jadi kasus atau masalah yang dihadapi merupakan sebuah dilema
etika atau bujukan moral. Guru jaman now yang notabene merupakan guru di era
merdeka belajar harus memiliki nilai pendidik yang inovatif, kolaboratif,
mandiri, dan reflektif yang dapat membimbing peserta didik dalam mengambil
keputusan dan mengenali potensi dirinya untuk mengatasi isu tantangan global.
Guru harus menyajikan pembelajaran dan melakukan pengambilan keputusan untuk
kepentingan murid, menjunjung tinggi prinsip/nilai kita sendiri dan melakukan
apa yang kita ingin orang lain lakukan terhadap kita. Guru harus berusaha
membuat keputusan yang bertanggung jawab dengan melakukan pengambilan dan
pengujian pengambilan keputusan pada setiap masalah yang dihadapi. Jika seorang
guru menghadapi masalah dilema etika yaitu nilai benar vs benar, maka
guru harus melakukan analisa melalui 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3
prinsip pengambilan keputusan serta melakukan tahapan dalam 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan. Kesembilan Langkah dalam pengujian pengambilan keputusan
ini harus dilakukan secara urut dan sistematis agar menghasilkan keputusan yang
berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat
dipertanggung jawabkan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan
berdampak positif pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman. Hal ini dikarenakan melalui pengambilan keputusan yang tepat, maka akan
menciptakan iklim lingkungan yang positif berdampak pada penciptaan lingkungan
kondusif bahkan aman dan sangat nyaman untuk ditinggali. Guru sebagai pendidik
harus mengambil keputusan yang tepat yaitu berpihak pada murid, mengandung
nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan. Jika keputusan yang
diambil tepat sesuai penjelasan di atas maka lingkungan pasti akan menerima
juga. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana sebaiknya agar kita melakukan
pengambilan keputusan yang tepat? Iya, hal yang pertama yg wajib kita
lakukan adalah mengenali terlebih dahulu masalah yg terjadi apakah masalah tadi
termasuk dilema etika atau bujukan moral. Apabila masalah tadi adalah dilema
etika, sebelum membuat sebuah keputusan kita wajib bisa menganalisa pengambilan
keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan, sehingga keputusan yg kita ambil bisa membangun lingkungan
yg positif, kondusif, kondusif & nyaman buat muridnya. Intinya pengambilan
keputusan yg sempurna terkait masalah dalam bujukan atau dilema etika hanya
bisa dicapai bila dilakukan melalui 9 langkah pengambilan & pengujian
keputusan. Dapat dipastikan bahwa bila pengambilan keputusan dilakukan secara
seksama melalui proses analisis perkara yg cermat dan akurat menggunakan 9
langkah tadi, maka keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi seluruh
kepentingan kepada pihak-pihak yg terlibat, maka hal tadi akan berdampak dalam
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan
Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema
etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan
pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika adalah seringkali
keputusan diambil sepihak tanpa melibatkan banyak komponen yang terlibat.
Keputusan yang diambil juga secara langsung tanpa melalui tahapan yang tepat
sehingga berdampak pada resiko yang besar dan lingkungan tidak kondusif.
Pemimpin cenferung otoriter dalam mengambil keputusan tanpa mendengarkan
pendapat orang lain yang berkepentingan. Dalam modul 3.1 jelas disebutkan bahwa
terdapat 4 paradigma, 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan. prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita
juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir
berbasis peraturan-rule based thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli
(care based thinking). Jika kita berpedoman pada 4 paradigma dan 3 prinsip
tersebut tentu tantangan-tantangan yang ada akan sedikit jumlahnya dibandingkan
apabila kita tidak menggunakan 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan
keputusan. Dapat dipastikan bahwa bila pengambilan keputusan dilakukan secara
seksama melalui proses analisis perkara yg cermat dan akurat menggunakan 9
langkah tadi, maka keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi seluruh
kepentingan kepada pihak-pihak yg terlibat, maka hal tadi akan berdampak dalam
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan
yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang
berbeda-beda?
Terdapat pengaruh positif anatara pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid
kita. Hal ini dikarenakan, pengambilan keputusan yang kita ambil sangat
berpihak pada murid dan memperhatikan potensi murid yang berbeda-beda. Modul
3.1 ini sangat bermanfaat bagi guru dalam pengambilan keputusan yang berpihak
pada murid. Sebagaimana kita tahu bahwa dalam merdeka belajar muaranya adalag
memerdekakan murid, agar ia tumbuh dan berkembang mencapai kodratnya sesuai dengan
potensi yang ia miliki. Seyogyanya ketika kita menemui dilemma etika, kita
harus dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengambil sebuah
keputusan dengan tepat. Dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul
3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal
penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid
karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan
dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus
melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid. Jika
hal ini terjadi maka, murid sebagai benih akan tumbuh menjadi probadi
yang merdeka, kreatif, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi
masa depan mereka sendiri. Murid kita akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang
matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan
penting bagi kehidupan dan pekerjaannya. Guru mengambil keputusan yang
diharapkan membawa dampak agar membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa
yang akan datang. Semua keputusan yang diambil harus berpihak kepada murid
melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu
pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid
untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan
diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Hal ini
dikenal dengan model pembelajaran berdiferensiasi.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat
Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini
yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya yaitu:
·
Pengambilan
keputusan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan
sebagai pemimpin pembelajaran yaitu filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD) Pratap
Triloka memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran.
·
Pengambilan
keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang
akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
·
Dalam
pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar Pancasila.
·
Kemampuan
guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh
terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika, hal ini
dikarenakan pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami
kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya
dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
·
Dalam
koneksi materi pengambilan keputusan dengan keterampilan coaching, di sini
coach harus memiliki keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam
memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching tersebuat
diantaranya yaitu: mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki
pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan,
berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat
diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T:
Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab.
·
Kasus
yang ditemui oleh pendidik tentunya kebanyakan adalah dilema etika dan bujukan
moral sehingga diperlukan analisa 4 paradigma, 3 prinsip dan panduan sembilan
langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan
suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya
merdeka belajar.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan
bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan?
Berikut pemahaman saya tentang modul 3.1:
Dilema etika sendiri merupakan dua keputusan yang
sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan dimasa salah
satunya adalah keputusan yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan
benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah.
Tentu seringkali guru menemui atau menghadapi situasi
dimana harus mengambil keputusan yang di situ terdapat nilai-nilai kebajikan
universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan.
Dalam modul ini sangat jelas bahwa sesulit apapun keputusan yang akan diambil,
sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada
murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab
terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Secara
umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika
yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs
long term)
Seorang guru sebagaim pemimpin pembelajaran juga dapat
menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat
unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan
prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut
adalah:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Care-Based Thinking)
Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah
berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki
konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali
hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung
jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang
diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian
untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan
pengambilan dan pengujian keputusan yaitu sbb:
1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang
salingbertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
dalam situasi ini
4. Pengujian benar atau salah (uji legal,
uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
5. Pengujian paradigma benar atau salah
6. Prinsip pengambilan keputusan
7. Investigasi tri lema
8. Buat keputusan
9. Meninjau kembali keputusan dan
refleksikan
Hal yang menurut saya diluar dugaan
adalah ketika saya mengambil suatu keputusan saya hanya berpikir benar-salah,
untung-rugi saja. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil
sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan
melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya
cukup menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah lalu mufakat dan memiliki
resiko paling kecil.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah
Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral
dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul
ini?
Sebelum
mempelajari modul 3.1, saya banyak menjumpai kasus dilema etika dan bujukan moral.
Saya langsung memutuskan semua kasus tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu.
Semua keputusan hanya didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan
pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi saat mempelajari modul 3.1, saya
merasa bahwa pemikiran berbasis rasa peduli atau care based thinking adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan
keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika. Dalam kasus dilema
etika bahkan sering berakibat lingkungan kurang kondusif karena saya mengambil
keputusan tanpa pengujian, kadang saya juga menggunakan uji panutan atau idola.
Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis dengan konsep yang saya
pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur
kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.
13. Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda
dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah saya mempelajari modul 3.1, saya menjadi lebih
mantap, yakin dan percaya diri dalam mengambil keputusan terkait kasus dilema
etika, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses analisa
paradigma dan prinsip pengambilan keputusan serta pengujian keputusan melalui
sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan
saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan
meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya
ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Keputusan yang saya ambil
juga saya usahakan berpihak pada murid. Segala keputusan yang saya ambil kini
lebih berdampak positif terhadap lingkungan sehingga lingkungan nyaman, aman
dan kondusif. Melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan, saya
merasa semua Langkah tertata dan terbantu dalam setiap penyelesaian kasus
dilema etika yang saya hadapi.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul
ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Jika ditanya seberapa penting, maka saya
jawab sangat penting. Hal ini dikarenakan modul 3.1 ini snagat membantu saya
dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Secara individu sebagai
guru ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat membuat
keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang
ceroboh atau merugikan orang banyak. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang
pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya
buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Akan
tetapi sekarang saya lebih terbantu dalam membuat keputusan yang tepat.
Sekarang saya lebih percaya diri memutuskan segala kasus baik dilema etika dan
bujukan moral dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan. Saya
semakin percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat. Saya akan segera
mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan sesuai modul 3.1 dan
menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan
pembelajaran. Semangat menuju aksi nyata. Salam dan Bahagia.
11
Apr 2023
COACHING SUPERVISI AKADEMIK BULAN MARET 2023
11
Apr 202PROGRAM
KELAS BERKONSEP INOVASI PBLHS “PENYARINGAN LIMBAH CUCI TANGAN UNTUK
DIMANFAATKAN SEBAGAI PENGAIRAN TANAMAN HIDROPONIK”
Komentar
Posting Komentar